TEMPO Interaktif, Jakarta
- Saat ini produsen mobil berlomba untuk memproduksi produk yang irit
bahan bakar. Namun, sebagus apa pun teknologi mobil yang bersangkutan
bila cara berkendara yang tidak tepat, maka konsumsi bahan bakar minyak
(BBM) yang sia-sia pun akan tetap terjadi.
Selain perilaku
mengemudi yang salah, komponen mesin yang bermasalah juga turut
memberikan andil yang cukup besar menjadikan mobil boros BBM.
"Bisa
dibilang ketidakberesan di komponen dan perilaku mengemudi yang salah
masing-masing memberi sumbangan 50 persen terhadap tingkat keborosan
BBM," ujar Alif Sarbini, service advisor Utama Motor, Cempaka Putih,
Jakarta Pusat, Rabu, 25 Mei 2011.
Menurut Alif, dari beberapa
kasus yang ia tangani, hampir 90 persen mobil yang menjadi boros
disebabkan oleh kesalahan dalam penyetelan busi, karburator atau
injektor, serta klep di mesin. Ironisnya, sebagian besar pemilik mobil
tidak menghiraukan kondisi tersebut.
"Ada yang benar-benar karena tidak memahaminya dan tidak menyadari, ada yang masa bodoh," kata dia.
Padahal,
bila permasalahan di tiga komponen itu dibiarkan berlarut-larut bukan
hanya menjadikan mobil boros BBM tetapi juga menjadikan mesin cepat
rusak. Lantas seperti apa permasalahan tersebut? Bagaimana cara
mengatasinya? Berikut penjelasan Alif :
1. Kepala dan sumbu busi terlalu renggang
Bila
sumbu - bagian yang melengkung di atas sumbu atau kepala busi - dengan
ujung kepala busi terlalu renggang, akan menjadikan percikan api yang
digunakan membakar campuran BBM dan udara di mesin juga kecil. Akibatnya
proses pembakaran tidak sempurna.
Banyak di antara BBM yang
disemburkan injektor atau disuplai karburator akan terbuang percuma.
"Padahal, pengemudi terus menginjak pedal gas, walhasil mobil akan boros
bahan bakar," ujar Alif.
Untuk mengatasinya, atur ulang tingkat
kerenggangan tersebut sesuai dengan standar yang ditetapkan pabrikan.
Umumnya tingkat kerenggangan itu 0,8 - 1 milimeter.
Upayakan
tingkat kerenggangan tersebut tepat atau sesuai dengan ukuran tersebut.
Pasalnya bila terlalu renggang, api yang dihasilkan terlalu kecil
sehingga pembakaran tidak sempurna.
"Tetapi bila terlalu rapat, mesin justru akan mengelitik karena terjadi pembakaran prematur," kata Alif.
Pengaturan tingkat kerenggangan itu sangat disarankan bila mobil telah menempuh jarak 25 - 30 ribu kilometer.
2. Setelan karburator atau injektor bermasalah
Biasanya
setelah mobil berusia lima tahun atau lebih karburator atau injektor
akan mengalami masalah. Kualitas bahan bakar yang kurang bagus, cara
berkendara yang kerap menginjak pedal gas dalam secara berulang, adalah
beberapa di antara penyebabnya.
Oleh karena itu, meski kerja
injektor telah diatur oleh peranti bernama Electronic Control Unit (ECU)
atau computer mobil, namun ada baiknya telah dilakukan penyetelan
ulang. "Istilahnya melakukan tune up injektor, membersihkan dan mengatur
klep bila mobil telah menempuh jarak minimal 90-100 ribu kilometer,"
sebut Alif.
Bila Anda ingin mengetahui kondisi injektor mobil
Anda bisa dilakukan pemeriksaan dengan menggunakan peralatan canggih.
Beberapa bengkel besar telah menyediakan peralatan tersebut.
Adapun
untuk mobil yang menggunakan karburator, pastikan BBM yang ada di
tabung karburator volumenya sesuai dengan takaran. Menyetel ulang ulang
klep dan jarum peranti itu merupakan langkah yang bijaksana guna
mengantisipasi agar mobil tak boros BBM.
3. Posisi klep mesin berubah
Klep
di mesin, fungsinya seperti pintu di sebuah gerbang. Sehingga pintu
telah rusak maka arus keluar masuk juga bisa tidak terkontrol.
Oleh
karena itu, bagi pemilik mobil yang telah berusia lima tahun ke atas
atau mobil baru yang terbukti boros bahan bakar untuk memeriksa peranti
tersebut.
Atur ulang posisi klep. Pasalnya, bila terlalu rapat
maka mobil akan boros BBM, sebab klep akan terbuka lebar kala pengemudi
menginjak pedal gas dalam-dalam. Namun, sebaliknya bila terlalu renggang
mesin mobil akan bersuara berisik.
Sumber : http://www.tempo.co/read/news/2011/05/25/123336748/Tiga-Masalah-Mesin-Penyebab-Mobil-Boros-BBM
Tidak ada komentar:
Posting Komentar